top of page

Menurut Motta, Guardiola Adalah Rajanya Sepak Bola Modern

  • Admin
  • Nov 23, 2018
  • 2 min read

Updated: Nov 30, 2018

Mantan gelandang Barcelona Thiago Motta menyebut Josep Guardiola sebagai pelatih panutannya dan memujinya sebagai raja sepakbola modern.

Guardiola mengawali karir kepelatihannya di tim Barcelona B. Kemudian mulai tahun 2008, dia mengambil alih skuat senior Blaugrana.

Semenjak saat itu, Guardiola memperlihatkan taringnya sebagai salah satu pelatih paling top di dunia. Bersama Lionel Messi cs dia sukses meraih banyak trofi pemenang. Polesan tangan dinginnya juga terlihat saat dia berkarir di Jerman bersama Bayern Munchen. Sekarang dia membawa Manchester City mulai mendominasi kompetisi di Inggris.

Motta sendiri sudah pensiun sebagai pemain semenjak Mei 2018 lalu. Sekarang dia sedang merintis karir sebagai pelatih. Pria kelahiran Brasil ini sekarang menjadi pelatih tim junior PSG. Mantan pemain timnas italia ini langsung ditanya berkaitan siapa pelatih yang dianggapnya sebagai terbaik di dunia sekarang ini. Selama aktif bermain, Motta memperkuat sejumlah klub top Eropa. Selain Barca, ada Inter Milan dan juga PSG. Ia tentu juga sudah merasakan polesan banyak pelatih top. Tapi menurutnya di antara seluruh sosok yang pernah melatihnya, dia menyebut Carlo Ancelotti sebagai yang terbaik.


Guardiola menyadari kekurangan pendahulunya dengan jitu. Ia mengkreasi 4-3-3 dengan seorang gelandang bertahan, Sergio Basquets. Alhasil Barca sanggup bermain stabil dalam menyerang dan bertahan. Konsep 4-3-3 ini betul-betul mirip dengan sempurna footbal Belanda. Di era Rijkaard 3 penyerang diisi oleh Eto’o, Messi dan Ronaldinho yang tidak jauh beda dengan Guardiola- Messi, Vill dan Pedro. Artinya, memang lini tengah menjadi sesuatu yang betul-betul penting. Hal inilah yang membeberkan keberhasilan Real Madrid menguasai Eropa di akhir 90-an.



Tidak banyak klub yang saat ini sanggup memainkan formasi 4-3-3 secara utuh. Jose Mourinho yaitu orang pertama yang memodifikasi 4-3-3 menjadi 4-2-3-1. Mou yang lebih mementingkan hasil akhir daripada permainan cantik, menempatkan 2 gelandang bertahan dibelakan 3 gelandang serangnya. Di Chelsea Mou menugaskan Essien, Makalele, Maniche, Obi Mikel dan Ballack. Mou memilih dengan penyerang tunggal yang dibantu oleh 2 winger dan seorang gelandang kreatif dibelakang Target Man. Para winger ini oelh Mou dipercayakan ke Damien Duff, Wright Philips, Robben, Malouda dan Joe Cole.


Formasi ini lebih tepat sasaran, tapi seringkali tidak nikmat untuk ditonton. Di era Anchelotti, Chelsea sanggup bermain lebih cantik, karena mengubah gaya bermain menjadi 4-3-3 yang kadang berganti menjadi 4-1-2-1-2 berlian. Formasi 4-3-3 Anchelotti menempatkan Ballack dan Lampard berdampingan, ditinggallah seorang gelandang bertahan yang tak jarang ditempati Essien.

Comments


© 2023 by TheHours. Proudly created with Wix.com

  • White Facebook Icon

Subscribe to Our Newsletter

bottom of page